cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsp@unisba.ac.id
Phone
+6289691247094
Journal Mail Official
bcsp@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Pharmacy
ISSN : -     EISSN : 28282116     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsp.v2i2
Core Subject : Health, Science,
Bandung Conference Series: Pharmacy (BCSP) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Farmasi dengan ruang lingkup Airlock system Kanker, Alcohol, Antelmintik, Antigastritis drugs, Antioksidan, Artemia franciscana, Ascaris suum, Cacing babi (Ascaris suum Goeze), Contact Bioautography TLC, Daun cincau hijau (Cyclea barbata Miers), Daun kelor (Moringa oleifera Lam), Diabetes mellitus, DPPH Flavonoid, Fenilpropanolamin, Fermentasi, Flavonoid, Flavonol,Iles-iles, Isolasi, Lichen, Malassezia furfur, Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), Obat antidiabetes (OAD) Propionibacterium acnes, Obat tradisional, Parkia Speciosa Antibakteri, Pektin, Propionibacterium Acnes, Pseudoefedrin, Saccharomyces Cerevisiae, Spektrofotometri uv sinar tampak, Staphylococcus epidermidis, uji aktivitas antibakteri, Uji sitotoksik, Usnea baileyi. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 83 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy" : 83 Documents clear
Studi Analisis Tingkat Kepatuhan Terapi pada Pasien TB Paru Dewasa di Poli TB UPT Puskesmas Pasundan Kota Bandung Melia Puspa Putri Hayatinufus; Suwendar; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7340

Abstract

Abstract. Tuberculosis (TB), caused by Mycobacterium tuberculosis, remains a significant global health concern, with Indonesia ranking 3rd in the world for TB cases. Incomplete and irregular treatment, coupled with low medication adherence, hinder the success of TB treatment. This study aims to determine the adherence level of pulmonary TB patients at the TB Polyclinic in Puskesmas Pasundan regarding anti-tuberculosis drugs. Additionally, it investigates the relationship between adherence and patient demographic data. Using a descriptive method, the study employed total sampling, including 38 respondents, conducted in March-April 2023. The Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8) assessed patients' adherence to treatment. The correlation test, performed using SPSS, examined the relationship between patient adherence and demographic data. The majority of pulmonary TB patients were male (53%), aged 17-25 years (29%), high school-educated (47%), and employed (71%). Adherence levels were reported as follows: high adherence in 6 individuals (16%), moderate adherence in 21 individuals (55%), and low adherence in 11 individuals (29%). The correlation test revealed no significant relationship between age, gender, education, employment, and adherence level (p-values: 0.983, 0.257, 0.098, and 0.495, respectively). Abstrak. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, salah satu penyakit yang masih menjadi perhatian khusus dunia, khususnya World Health Organization (WHO) pada era Sustainable Development Goals (SDGs). Indonesia berada di peringkat ke-3 setelah India dan China, dengan kasus penderita TBC tertinggi di dunia. Faktor penghambat keberhasilan pengobatan TB, diantaranya yaitu pengobatan yang tidak lengkap, tidak teratur, dan tidak patuhnya pasien dalam minum obat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien TB paru di Poli TB Puskesmas Pasundan dalam mengonsumsi obat antituberkulosis dan mengetahui hubungan antara kepatuhan dengan data demografi pasien di poli TB Puskesmas Pasundan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, teknik sampling yang digunakan yaitu menggunakan metode total sampling atau mengambil sampel sama dengan jumlah populasi yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian, yang dilakukan pada bulan Maret-April 2023. Untuk menilai tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan, digunakan kuisioner Morisky Medication Adherence Scale-8 (MMAS-8), dan untuk mengetahui hubungan kepatuhan dengan data demografi pasien digunakan uji korelasi menggunakan aplikasi SPSS. Hasil dari 38 responden menunjukan bahwa mayoritas pasien TB Paru berjenis kelamin laki-laki (53%), berusia 17-25 tahun (29%), Pendidikan SMA (47%), dan Bekerja (71%), dengan tingkat kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 6 orang (16%), kepatuhan sedang sebanyak 21 orang (55%) dan kepatuhan rendah sebanyak 11 orang (29%). dan hasil uji korelasi antara variabel data demografi dengan tingkat kepatuhan didapatkan bahwa tidak adanya hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan, karena memiliki nilai p-value masing-masing 0,983, 0,257, 0,098 dan 0,495.
Pembentukan Kokristal Sebagai Upaya Peningkatan Kelarutan dan Laju Disolusi Obat BCS Kelas II Silvi Sandi Putri; Fitrianti Darusman; Aulia Fikri Hidayat
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7497

Abstract

Solubility is one of the critical physicochemical properties in drug absorption. Co-crystallization is an effort to increase the solubility and dissolution rate of active pharmaceutical ingredients with low solubility. This review article was prepared using the literature study method using literature in the form of scientific articles discussing the definition of cocrystals, cocrystal preparation methods, cocrystal characterization, and the effect of cocrystal formation on the solubility and dissolution rate of a BAF. Based on the study, cocrystal production methods can be divided into solvent-based and grinding. The cocrystallized solid must be characterized to ensure the formation of cocrystals using thermal analysis methods, powder X-ray diffractometry analysis, infrared spectrophotometry, and morphological analysis by microscopy. Cocrystal formation has increased the solubility and dissolution rate of Glimepiride, Pyrimethamine, Trimethoprim, and Meloxicam compared to their pure forms. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia yang penting dalam absorpsi obat. Kokristalisasi merupakan salah satu upaya peningkatan kelarutan dan laju disolusi bahan aktif farmasi yang memiliki kelarutan rendah. Artikel tinjauan ini dibuat dengan metode studi literatur menggunakan pustaka berupa artikel ilmiah yang membahas definisi kokristal, metode pembuatan kokristal, karakterisasi kokristal, dan pengaruh pembentukan kokristal terhadap kelarutan dan laju disolusi suatu BAF. Berdasarkan hasil kajian metode pembuatan kokristal dapat dibagi menjadi solvent-based dan grinding. Padatan hasil kokristalisasi harus dikarakterisasi untuk memastikan terbentuknya kokristal menggunakan metode analisis termal, analisis difraktometri sinar-X serbuk, spektrofotometri inframerah dan analisis morfologi dengan mikroskopi. Pembentukan kokristal telah meningkatkan kelarutan dan laju disolusi dari Glimepirid, Pirimetamin, Trimetoprim, dan Meloksikam dibandingkan dengan bentuk murninya.
UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PELAWAN (Tristaniopsis merguensis Griff.) MENGGUNAKAN METODE BRINE SHRIMP LETHALITY TEST (BSLT) Marshanda Putri Nabila; Suwendar; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7681

Abstract

Abstract. Pelawan leaves (Tristaniopsis merguensis Griff.) are known potential to have cytotoxic activity because they contain a class of phenolic compounds such as flavonoids and tannins. This study aims to determine the preliminary characteristics of pelawan leaves, determine the LC50 value using the Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method so that it can know whether the ethanol extract and pelawan leaf fraction have cytotoxic activity and can determine which sample has the highest. The effect of pelawan leaf extract and fraction on Artemia franciscana Kellogg. larvae, was analyzed using Probit Analysis. The results showed that the characteristics of pelawan leaves (Tristaniopsis merguensis Griff.) fulfilled the standard parameter requirements and were detected to contain alkaloids, flavonoids, polyphenolics, tannins and saponins. The sample has cytotoxic activity as evidenced by an LC50 value of less than 1000 ppm. The LC50 value of the ethanol extract was 85.5 ppm, the N-hexane fraction was 151.9 ppm, the ethyl acetate fraction was 112 ppm and the water fraction was 95.2 ppm. It was concluded that the samples that had the highest cytotoxic activity were the ethanol extract and water fraction of Pelawan leaves in the medium toxic category, while the N-hexane fraction and ethyl acetate fraction were in the low toxic category. Keywords: Pelawan Leaf (Tristaniopsis merguensis Griff.), Cytotoxic, Artemia franciscana Kellogg., LC50, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Abstrak. Daun Pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) diketahui berpotensial memiliki aktivitas sitotoksik karena mengandung golongan senyawa fenolik seperti flavonoid dan tannin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pendahuluan pada daun pelawan, menentukan nilai LC50 menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) sehingga dapat mengetahui apakah ekstrak etanol dan fraksi daun pelawan ini memiliki aktivitas sitotoksik dan dapat menentukan sampel yang memiliki aktivitas sitotoksik yang paling tinggi. Pengaruh ekstrak dan fraksi daun pelawan terhadap larva Artemia franciscana Kellogg., dianalisis menggunakan Analisis Probit. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik daun pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.) memenuhi persyaratan parameter standar serta terdeteksi mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, polifenolat, tannin dan saponin. Sampel memiliki aktivitas sitotoksik dibuktikan dengan nilai LC50 yang kurang dari 1000 ppm. Nilai LC50 ekstrak etanol sebesar 85,5 ppm, fraksi N-heksan sebesar 151,9 ppm, fraksi etil asetat sebesar 112 ppm dan fraksi air sebesar 95,2 ppm. Disimpulkan bahwa Sampel yang memiliki aktivitas sitotoksik yang paling tinggi adalah ekstrak etanol dan fraksi air daun pelawan dengan kategori medium toksik, sedangkan fraksi N-heksan dan fraksi etil asetat berada di kategori low toksik. Kata Kunci: Daun Pelawan (Tristaniopsis merguensis Griff.), Sitotoksik, Artemia franciscana Kellogg., LC50, Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
STUDI LITERATUR PEPTIDA MARKER UNTUK IDENTIFIKASI DERIVAT BABI PADA BERBAGAI PRODUK PANGAN Jilan Salsabila Auliya Putri; Taufik Muhammad Fakih; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7765

Abstract

Abstract. One of the halal concepts in Islam states that food cannot contain even the smallest pork derivatives. Manufacturers often do not inform consumers about substitution of raw materials or other additives. Thus, it is necessary to verify whether the food circulating in the market contains pork or not. Identification can be carried out using peptide markers from pork derivatives in food products. The method used in this research is SLR (systematic literature review) with reference to articles on peptide markers for identification of swine derivatives. The data used is accessed through Pubmed, Science Direct, Springer, Oriental Journal of Chemistry, Theory and Practice of Meat Processing. The types of samples used are raw pork, processed pork products, and pork gelatin. Potential peptide markers in meat species identification are often obtained from myoglobin (Mb) and myosin (My). Because there are physiological differences in the specific protein content between different types of muscle tissue that can be detected in meat products after food processing is applied. Thus, the most commonly found peptide marker of myoglobin has the amino acid sequence YLEFISEAIIQVLQK and the peptide marker of myosin-1 which is most commonly found has the amino acid sequence SALAHAVQSSR. Most of the methods that can be used to identify peptide markers in pig derivatives are the development of mass spectrophotometry-based methods, namely liquid chromatography-mass spectrophotometry (LC-MS/MS). Abstrak. Salah satu konsep halal dalam Islam menyatakan bahwa bahan pangan tidak boleh mengandung derivat babi yang paling kecil sekalipun. Produsen seringkali tidak menginformasikan kepada konsumen mengenai substitusi bahan baku atau bahan tambahan lainnya. Sehingga, perlu dilakukan verifikasi apakah makanan yang beredar di pasaran mengandung babi atau tidak. Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan peptida marker dari derivate babi pada produk pangan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah SLR (systematic literature review) dengan bahan menggunakan referensi artikel mengenai peptida marker untuk identifikasi derivat babi. Data yang digunakan diakses melalui Pubmed, Science Direct, Springer, Oriental Journal of Chemistry, Theory and Practice of Meat Processing. Jenis sampel yang digunakan yaitu berupa daging babi mentah, produk olahan daging babi, serta gelatin babi. Peptida marker potensial dalam identifikasi spesies daging sering didapatkan dari myoglobin (Mb) dan myosin (My). Karena terdapat perbedaan fisiologis dalam isi protein spesifik antara berbagai jenis jaringan otot yang dapat dideteksi pada produk daging setelah pengolahan makanan diterapkan. Dengan demikian, peptida marker dari myoglobin yang paling banyak ditemukan memiliki urutan asam amino YLEFISEAIIQVLQK dan peptide marker dari myosin-1 yang paling banyak ditemukan memiliki urutan asam amino SALAHAVQSSR. Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi peptida marker pada derivat babi ini mayoritas dengan pengembangan metode berbasis spektrofotometri massa yaitu liquid chromatography-mass spectrophotometry (LC-MS/MS).
Cytotoxic Activity Assay of Lime Leaves (Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle) with Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Method on Artemia fransiscana Kellogg Rahma Nurillah Hikmat; Ratu Choesrina; Sri Peni Fitrianingsih
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7938

Abstract

ABSTRAK Kanker merupakan permasalahan kesehatan dengan peningkatan kasus dan tingkat kematian secara global. Daun jeruk nipis (Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle) diketahui mengandung flavonoid berupa apigenin, kuersetin, dan kaempferol yang berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik, sehingga tujuan penelitian ini dilakukan uji sitotoksik dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) untuk mengetahui potensi aktivitas sitotoksik ekstrak etanol daun jeruk nipis. Metode BSLT dilakukan pada nauplii Artemia fransiscana Kellogg berusia 48 jam yang diujikan pada ekstrak etanol daun jeruk nipis dengan berbagai konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan yaitu 10, 50, 100, 250, 500, dan 1000 ppm. Pengamatan dilakukan 24 jam setelah Artemia fransiscana Kellogg dibiarkan kontak dengan ekstrak kemudian jumlah nauplii yang mati dihitung. Berdasarkan kematian Artemia fransiscana Kellogg yang didapatkan, dihitung persentase mortalitas dan LC50. Nilai LC50 dapat menentukan potensi sitotoksik sampel uji. Hasil LC50 yang didapatkan pada penelitian ini adalah 89,5159 ppm yang termasuk ke dalam kategori toksik (<500 ppm). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jeruk nipis berpotensi memiliki aktivitas sitotoksik yang baik dan dapat dikembangkan untuk penelitian sitotoksik. ABSTRACT Cancer is diseases with increasing cases and death rates globally. Lime leaves (Citrus aurantiifolia (Christm.) Swingle) are known with the presence of flavonoids, such as apigenin, quercetin, and kaempferol which have the potential to have cytotoxic activity. So, the aim of this study was to carry out cytotoxicity test using Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) method to determine cytotoxic activity of the ethanol extract of lime leaves. BSLT method was carried out on 48-hour-old brine shrimps Artemia fransiscana Kellogg which were tested on ethanol extract of lime leaves with various concentrations. The concentrations used were 10, 50, 100, 250, 500 and 1000 ppm. The result observed 24 hour after brine shrimps was first exposed to the extract, then the number of dead larvae was counted. The percentage of mortality and LC50 was calculated based on the death of the brine shrimps. LC50 value determined cytotoxic activity of the test sample. The LC50 obtained in this study were 89,5159 ppm which included as toxic (<500 ppm). These resulta indicate that the ethanol extract of lime leaves has good citotoxic activity potential and could be developed for cytotoxic further research.
Peranan Uji Ekivalensi In Vitro Dan Ekivalensi In Vivo dalam Penentuan Kualitas Obat Niken Fitria Yuliar; Fitrianti Darusman; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7944

Abstract

Abstract. Drugs are available in the form of innovator and copy drugs. The high cost of innovator drugs makes it difficult for patients to obtain the drugs they need. Therefore, many pharmaceutical industries have developed copy drugs from their innovator drugs. To get a distribution license, the pharmaceutical industry must conduct an equivalence study on copy drugs to ensure that the copy drug has the same efficacy, safety and quality as the innovator drug. However, several surveys show that most patients believe that the effectiveness of copy drugs is not equivalent to the innovator drug. This study aims to determine the role of in vitro equivalence and in vivo equivalence studies in determining drug quality. This study is expected to provide benefits for the public so they are no longer hesitant to use copy drugs. The equivalence study has an important role in ensuring that the quality of the copy drug is equivalent to the innovator drug in terms of efficacy, safety and quality of the copy drug. Abstrak. Obat tersedia dalam bentuk obat inovator dan obat copy. Tingginya harga obat inovator membuat pasien sulit untuk memperoleh obat yang dibutuhkan. Sehingga banyak industri farmasi yang mengembangkan obat copy dari obat inovatornya. Untuk mendapatkan izin edar, industri farmasi harus melakukan uji ekivalensi terhadap obat copy guna menjamin obat copy memiliki khasiat, keamanan dan mutu yang setara dengan obat inovatornya. Namun, beberapa survei menunjukkan sebagian besar pasien percaya bahwa efektivitas obat copy tidak setara dengan obat inovatornya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan uji ekivalensi in vitro dan ekivalensi in vivo dalam penentuan kualitas obat. Sehingga penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat agar tidak lagi ragu menggunakan obat copy. Uji ekivalensi memiliki peran penting dalam menjamin kualitas dari obat copy setara dengan obat inovator dalam hal khasiat, keamanan serta mutu obat copy.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Teh Hijau (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus Penyebab Bau Kaki Delfiana Aura Efrida; Sani Ega Priani; Ratih Aryani
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.7950

Abstract

Abstrak. Bau kaki dapat menandakan kehigienisan seseorang yang buruk dan berdampak pada hubungan sosial dengan menurunnya kepercayaan diri yang disebabkan oleh adanya bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus. Daun teh hijau (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) mengandung epigallocatechin gallate (EGCG) yang berpotensi sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri penyebab bau kaki. Telah dilakukan penetapan parameter standar simplisia daun teh hijau. Metode ekstraksi yang dilakukan yaitu metode refluks menggunakan pelarut etanol 96%. Dilakukan penapisan fitokimia pada simplisia dan ekstrak etanol daun teh hijau. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau dilakukan dengan metode difusi sumuran agar. Penetapan parameter standar simplisia berupa parameter spesifik dan nonspesifik telah memenuhi persyaratan. Penapisan fitokimia simplisia dan ekstrak etanol daun teh hijau mengandung golongan senyawa berupa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, polifenolat, kuinon, monoterpen dan seskuiterpen, serta triterpenoid dan steroid. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun teh hijau terhadap bakteri penyebab bau kaki diperoleh nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,1%. Abstract. Foot odor can indicate a person’s poor hygiene and impact social relationships with decreased self-confidence caused by the presence of Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus bacteria. Green tea leaves (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) contain epigallocatechin gallate (EGCG) which has antibacterial potential. This study aims to determine the antibacterial activity of ethanol extract of green tea leaves against bacteria that cause foot odor. Standard parameters of green tea leaf simplisia have been determined. The extraction method was carried out by reflux method using 96% ethanol solvent. Phytochemical screening was carried out on simplisia and ethanol extract of green tea leaves. The antibacterial activity test of ethanol extract of green tea leaves was carried out by the agar well diffusion method. Determination of standard parameters of simplisia in the form of specific and nonspecific parameters has met the requirements. Phytochemical screening of simplisia and ethanol extract of green tea leaves contains compound groups in the form of alkaloids, flavonoids, saponins, tannins, polyphenolates, quinones, monoterpenes and sesquiterpenes, as well as triterpenoids and steroids. The antibacterial activity of ethanol extract of green tea leaves against bacteria that cause foot odor obtained a Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value of 0.1%.
Uji Aktivitas Antidiabetes Kombucha Daun Gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus) Swiss Webster Yang Diinduksi Aloksan Difani Armandita Khoerunnisa; Ratu Choesrina; Suwendar
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8102

Abstract

Abstrak. Data empiris menunjukan daun gaharu (Aquilaria malaccensis Lam.) digunakan sebagai alternatif dalam mengatasi diabetes melitus. Namun karena rasanya yang pahit sehingga dibuat fermentasi dengan kultur kombucha untuk memperbaiki rasa dan meningkatkan senyawa fenolik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui golongan senyawa metabolit simplisia kombucha daun gaharu, dapat membuktikan efek dan menentukan dosis efektif kombucha daun gaharu yang memiliki aktivitas menurunkan kadar glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan. Penelitian eksperimental dengan menggunakan 5 kelompok yaitu kelompok I kontrol negatif diberikan CMC Na 1%, kelompok II kontrol pembanding diberikan glibenklamid, kelompok III, IV, dan V diberikan kombucha daun gaharu dengan dosis 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, 1 ml/20 gBB. Sampel darah diambil pada hari ke-7 dan ke-14. Kemudian data dianalisis menggunakan uji one-way ANOVA dengan tingkat signifikansi p<0,05, dan dilanjutkan uji LSD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombucha daun gaharu mengandung golongan senyawa metabolit seperti flavonoid, saponin, tannin, polifenolat, triterpenoid, dan steroid. Pemberian kombucha daun gaharu dosis 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, 1 ml/20 gBB mencit memiliki dampak terhadap penurunan kadar glukosa darah. Dosis yang paling efektif terlihat pada kombucha daun gaharu dosis 1 ml/20 gBB mencit. Kata Kunci: Kombucha, Gaharu, Antidiabetes, Aloksan, Kadar glukosa darah. Abstract. Empirical data shows that agarwood leaves (Aquilaria malaccensis Lam.) are an alternative for overcoming diabetes mellitus. However, because of its bitter taste, it is fermented with kombucha culture to improve the taste and increase phenolic compounds. The purpose of this study was to determine the class of kombucha metabolite compounds of agarwood leaves, can prove the effect, and determine the effective dose of agarwood leaf kombucha which has the activity of lowering blood glucose levels of mice induced by alloxan. Experimental research using 5 groups, namely group I negative control given CMC Na 1%, group II comparison control given glibenclamide, group III, IV, and V have given agarwood leaf kombucha at doses of 0,26 ml / 20 gBB, 0,52 ml / 20 gBB, and 1 ml / 20 gBB. Blood samples were taken on days 7 and 14. Then the data were analyzed using a one-way ANOVA test with a significance level of p<0,05, and continued LSD testing. The results showed that agarwood leaf kombucha contains a class of metabolite compounds such as flavonoids, saponins, tannins, polyphenolics, triterpenoids, and steroids. Giving kombucha agarwood leaves doses of 0,26 ml/20 gBB, 0,52 ml/20 gBB, and 1 ml/20 gBB mice reduces blood glucose levels. The most effective dose is seen in kombucha agarwood leaves dose of 1 ml/20 gBB mice. Keywords: Kombucha, Gaharu, Antidiabetic, Alloxan, Blood glucose level.
Analisis Pengawet Metilparaben dan Propilparaben pada Beberapa Sediaan Toner yang Beredar di Toko Online dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis Helen Caterina Simorangkir; Bertha Rusdi; Farendina Suarantika
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8109

Abstract

Metil dan propil paraben merupakan pengawet yang banyak digunakan untuk sediaan kosmetik, diantaranya adalah toner. Peraturan BPOM Nomor 23 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, menjelaskan bahwa batas penggunaan metilparaben dan propilparaben sebagai pengawet dalam sediaan kosmetika adalah 0,4% untuk penggunaan tunggal dan 0,8% untuk penggunaan campuran. Maka, pada penelitian ini dilakukan pengukuran kadar metil dan propil paraben dalam toner yang beredar di toko online yang tidak memiliki nomor registrasi BPOM menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis serta menyimpulkan apakah kadar yang didapat memenuhi persyaratan BPOM atau tidak. Penelitian ini menggunakan lima sampel diawali dengan optimasi fase gerak untuk KLT preparatif dilanjutkan dengan validasi metode analisis dan pengukuran kadar metil dan propil paraben dalam sampel toner. Hasil validasi metode analisis menunjukkan bahwa pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis baik untuk mengidentifikasi metilparaben karena dari hasil validasi metode menunjukkan nilai linieritas r= 0,9993; spesifisitas= spesifik karena pada spektrum uji tidak menunjukkan adanya puncak lain; LOD= 0,00017 ppm, LOQ= 0,00053 ppm; akurasi= 96,051%, dan presisi= 0,162%. Kadar yang didapat tidak memenuhi persyaratan BPOM yaitu 2,794 % b/v untuk sampel B dan 3,978 % b/v untuk sampel D. Pengawet propilparaben tidak terdeteksi pada semua sampel. Methyl and propyl parabens are preservatives that are widely used for cosmetic preparations, one of which is toner. BPOM Regulation Number 23 of 2019 concerning Technical Requirements for Cosmetic Ingredients, explains that the limit for the use of methylparaben and propylparaben as preservatives in cosmetic preparations is 0.4% for single use and 0.8% for mixed use. Therefore, in this study, measurements of methyl and propyl paraben levels in toner circulating in online stores that did not have BPOM registration numbers used the UV-Vis spectrophotometry method and concluded whether the levels obtained met BPOM requirements or not. This study used five samples, starting with optimizing the mobile phase for preparative TLC followed by validating the analytical method and measuring the levels of methyl and propyl paraben in the toner samples. The results of the validation of the analytical method showed that measurements with a UV- Vis spectrophotometer were good for identifying methylparaben because the results of the method validation showed a linearity value of r = 0.9993; specificity = specific because the test spectrum does not show any other peaks; LOD= 0.00017 ppm, LOQ= 0.00053 ppm; accuracy = 96.051%, and precision = 0.162%. The levels obtained did not meet BPOM requirements, namely 2.794% w/v for sample B and 3.978% w/v for sample D. The preservative propylparaben was not detected in all samples.
Kajian Potensi Interaksi Obat Pada Resep Gangguan Pernapasan di Puskesmas Cibolerang Kota Bandung Ananda Rizkita Najla Cahyadi; Ratu Choesrina; Fetri Lestari
Bandung Conference Series: Pharmacy Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Pharmacy
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsp.v3i2.8114

Abstract

Abstrak. Gangguan pernapasan merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan sebagainya. Pemberian obat pada gangguan pernapasan dapat lebih dari satu macam obat misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh infeski bakteri dapat diberikan antibiotik dan terapi simptomatis sehingga dapat menyebabkan interaksi obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pontensi interaksi obat, dampak interaksi yang terjadi, serta mengetahui solusi yang dapat diberikan dari resep pasien gangguan pernapasan di Puskesmas Cibolerang Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data secara retrospektif. Berdasarkan hasil penelitian dari 91 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ditemukan kejadian interaksi obat sebanyak 28 kasus dimana interaksi obat yang paling banyak terjadi adalah ranitidin dengan parasetamol sebanyak 12 kasus kemudian salbutamol dengan fenilpropanolamin HCl sebanyak 4 kasus. Abstract. Respiratory disorders are disease that can be caused by bacteria, virus, etc. Drug administration for respiratory disorders can be more than one type of drug, for example in disease caused by bacteria infections that antibiotics and symptomatic therapy can be given so that they can cause drug interactions. This study aims to determine the number of potential drug interactions, the impact of interactions that occur, and to find out the solutions that can be given from prescriptions for patients with respiratory disorders at Puskesmas Cibolerang Kota Bandung. The research method is descriptive with retrospective data collection. Based on the results of the study from 91 samples that met the inclusion and exclusion criteria there are 28 cases of drug interactions were found, where the most frequent drug interactions were ranitidine and paracetamol in 12 cases, then salbutamol with phenylpropanolamine HCl in 4 cases.